Postingan

Gak tau males, Nulis Apa ahahah

"Jangan samakan sama burung elang yang terbang jauh di sana, kita ini burung emprit. Ah, mana bisa terbang sejauh dan setinggi itu? Sudahlah, pergi Jangan, menghayal nanti ditembak jatuh terus mati." Itu terakhir kali si emprit menatap langit, setelah dirinya bermigrasi jauh ke tempat yang jauh. Ah, ini cuma berita, bukan kabar buruk. Tapi rasanya memang begitu. Kalo difikir-fikir, ngapain juga jadi orang lain yang jelas bukan diri sendiri. Ucap temannya saat melawan angin. Tapi tunggu, bukannya si emprit pernah bilang kalo ada temennya pernah dimangsa? Gue heran kenapa si emprit bilang gitu, kayaknya dia ceritain bukan cuma koloninya deh. Tapi adiknya juga pernah dimangsa elang dulu, katanya. "Heii Wudi, cepat!" tegas Biung si pemimpin. "Cepat, cepat! Di depan kita bakal bertemu dengan badai besar, ayo cari perlindungan di mana saja, asal jangan di pohon padi." Mungkin mereka trauma karena adiknya emprit dimangsa elang. Tiba-tiba hujan turun deras, angin ...

Pemahaman Isu Iklim dan Peralihan ke Transportasi Umum: Modernisasi Terstruktural terhadap Masa Transisi Berkepanjangan dalam Ketergantungan Penggunaan Kendaraan Listrik

Isu iklim tuh udah makin nggak bisa dianggap angin lalu. Panas makin jadi, hujan makin nggak nentu, dan cuaca sekarang tuh kayak mood mantan—nggak stabil. Salah satu penyumbang besar perubahan iklim ya gaya hidup kita sendiri, terutama soal transportasi. Kendaraan pribadi makin hari makin merajalela, dan itu jelas ninggalin jejak karbon yang ngagetin. Untungnya, sekarang udah banyak yang mulai melek iklim. Mulai muncul kesadaran buat pakai transportasi umum—lebih hemat, efisien, dan pastinya lebih ramah lingkungan. Tapi ya, peralihan ini nggak langsung jalan mulus. Kita semua lagi ada di masa transisi panjang dan cukup bikin pening: dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik dan transportasi publik yang (katanya) modern. Masalahnya, orang-orang tuh masih punya trust issue sama transportasi umum. Jadwalnya kadang nggak jelas, fasilitasnya seadanya, dan kadang bikin orang kapok. Sementara kendaraan listrik? Iya sih keren dan katanya eco-friendly, tapi nggak semua orang punya akses ...

Bunga& ember alumunium punya Diana

Langit-langit kelabu menembus kegelapan, tanah tandus bergembiralah karena hari ini hujan akan turun. Tumbuhan liar, peliharaan bergemalah teriak sekuatnya agar nanti hujannya sedikit hangat, menciptakan sahdu buat malam nanti. Hujan, hujan gerimis kecil, lucu. Membelai lembut nada-nada nyaring ember alumunium yang dibeli di pasar malam bulan lalu, saat Diana selalu ada, saat bersahaja serta membicarakan hal yang tak perlu, atau bahkan tentang bunga mawar, kenapa bisa jadi warna-warni kalau dikawin silang. "Lalu, kalau mawar dikawin silang sama bunga sedap malam bisa nggak?" "Ah, ini halusinasi kamu saja, Diana. Diana, aneh kamu ini." Aku menghela nafas, "Heuaaaah." Dia aneh, tapi bikin mikir seribu bahkan ratusan dasawarsa buat bikin lupa sama soal embel alumunium itu, yang katanya ajaib, bisa bikin hubungan kita kuat, bawa air setengah kulah, dan nggak bisa karat kayak alumunium. Tapi salah. Sayang, alumunium berisik kayak pikiran kita. Terus kita saling...

PASAR CIPUTAT, TANGGERANG SELATAN.

Gambar
Aku terduduk dalam sunyi, di halte yang kosong dan sedikit tua. Anjing-anjing melolong di emperan jalan. Seorang anak kecil menari ria, gembira di depan toko, selalu menari setiap kali badut-badut pengamen itu datang. Anak-anak di sudut emperan jalan tertidur di depan gerobak milik ayahnya. Kontras sosial ini selalu jadi abu-abu, atau bahkan hitam legam, buat warna kehidupan gue untuk saat ini! Sial, bajingan, itu teriakan resah dalam hati gue. Aduh, rasa-rasanya memang begitu. Di usia yang hampir menginjak dua puluh lima, atau bahkan tujuh tahun menjelang usia tiga puluh, selalu dihantui bayangan "Nanti jadi apa?" Hadeuh, mau sampai kapan coba kayak gini? Enggak tahu lagi apa yang kudu dikorbankan antara mimpi untuk bercita-cita mengejar cinta dan menikah terus bahagia, atau membunuh mimpi gue menjadi manusia? Sialnya, kenapa nasib buruk seperti ini selalu saja terus menghantui, padahal kalau dibilang di sini, cuma gue yang bertahan dalam ketidakberuntungan ini. ...

Pertama

Gambar
Rabu, 09 April 2025 Gak tau ini blog keberapa!! Entahlah, mungkin kesekian kalinya. Coba aja dulu bener-bener ngamanin akun yang dulu, atau mungkin terlalu ceroboh plus naif. Itu sih dulu. Wait, tau gak kenapa bilang gitu? Karena ceroboh naro handphone di kosan, eh ujung-ujungnya ilang alias ada yang nyuri. Waktu itu kerja di Cikarang sebagai buruh, yang bisa dibilang masih belajar bertahan hidup buat cari kehidupan yang layak. Tapi alih-alih dapet kerjaan enak, gaji gede, ending-nya malah berantakan. "Astaghfirullah, mudah-mudahan dikasih kekuatan." Cuma itu yang terucap. Hari-hari selalu berakhir tragis, entah itu ditipu teman satu kampung yang kebetulan satu kosan, handphone ilang. Untungnya kenal sama orang-orang baik, walau bukan dari kampung yang sama. Cerita ini ditulis buat pembuka perdana blog ini, yang tadi dibilang barusan enggak seberapa. Seenggak seberapapun jumlah blog yang udah dibuat, semua tetap gak ada apa-apanya dibanding kehidupan yang setidak menarik atau...