Pemahaman Isu Iklim dan Peralihan ke Transportasi Umum: Modernisasi Terstruktural terhadap Masa Transisi Berkepanjangan dalam Ketergantungan Penggunaan Kendaraan Listrik



Isu iklim tuh udah makin nggak bisa dianggap angin lalu. Panas makin jadi, hujan makin nggak nentu, dan cuaca sekarang tuh kayak mood mantan—nggak stabil. Salah satu penyumbang besar perubahan iklim ya gaya hidup kita sendiri, terutama soal transportasi. Kendaraan pribadi makin hari makin merajalela, dan itu jelas ninggalin jejak karbon yang ngagetin.

Untungnya, sekarang udah banyak yang mulai melek iklim. Mulai muncul kesadaran buat pakai transportasi umum—lebih hemat, efisien, dan pastinya lebih ramah lingkungan. Tapi ya, peralihan ini nggak langsung jalan mulus. Kita semua lagi ada di masa transisi panjang dan cukup bikin pening: dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik dan transportasi publik yang (katanya) modern.

Masalahnya, orang-orang tuh masih punya trust issue sama transportasi umum. Jadwalnya kadang nggak jelas, fasilitasnya seadanya, dan kadang bikin orang kapok. Sementara kendaraan listrik? Iya sih keren dan katanya eco-friendly, tapi nggak semua orang punya akses buat beli atau ngecas dengan mudah. Jadi ujung-ujungnya, kita tetap bergantung sama kendaraan pribadi.

Tapi bukan berarti nggak bisa. Kuncinya ada di edukasi dan fasilitas. Kalau orang makin ngerti soal efek emisi karbon, dan pemerintah beneran serius ngebenerin sistem transportasi umum, pasti bakal lebih banyak yang mau pindah. Yang penting, perubahan ini nggak setengah-setengah dan nggak cuma jadi bahan kampanye doang.

Gue jadi keinget waktu baca buku Dunia Anna karangan Jostein Gaarder. Si Anna di cerita itu semacam mimpi jadi cicit buyutnya sendiri—kayak ngerasain masa depan dari perspektif orang yang hidup puluhan tahun setelah dia. Nah yang bikin merinding, di mimpi itu cicitnya si Anna udah nggak bisa ngeliat hutan vegetasi, gunung, laut, bahkan salju sekalipun. Semua udah punah, jadi kenangan, dan bisa diliat cuma lewat film dokumenter. Hewan-hewan? Nggak ada yang hidup bebas, semua tinggal jejak. Gila sih, itu ngeri banget.

Kebayang nggak, kalau kita beneran cuek sekarang, terus cucu atau cicit kita cuma bisa tahu bentuk harimau dari film? Atau mereka cuma bisa liat hutan tropis lewat virtual reality doang? Nah, jangan sampe kejadian kayak gitu beneran jadi nyata.

Makanya, langkah kecil kayak mulai naik bus, pakai sepeda, atau bahkan jalan kaki itu penting. Karena perubahan iklim nggak bakal berhenti kalau kita cuma nunggu orang lain buat berubah duluan. Lo bisa mulai dari diri sendiri, dari sekarang. Serius deh, bumi nggak butuh pahlawan—tapi butuh banyak orang biasa yang mau gerak bareng-bareng.

Let’s go sustainable, karena kalau nggak sekarang, kapan lagi?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gak tau males, Nulis Apa ahahah

Pertama