Gak tau males, Nulis Apa ahahah
"Jangan samakan sama burung elang yang terbang jauh di sana, kita ini burung emprit. Ah, mana bisa terbang sejauh dan setinggi itu? Sudahlah, pergi Jangan, menghayal nanti ditembak jatuh terus mati."
Itu terakhir kali si emprit menatap langit, setelah dirinya bermigrasi jauh ke tempat yang jauh.
Ah, ini cuma berita, bukan kabar buruk. Tapi rasanya memang begitu. Kalo difikir-fikir, ngapain juga jadi orang lain yang jelas bukan diri sendiri. Ucap temannya saat melawan angin.
Tapi tunggu, bukannya si emprit pernah bilang kalo ada temennya pernah dimangsa? Gue heran kenapa si emprit bilang gitu, kayaknya dia ceritain bukan cuma koloninya deh. Tapi adiknya juga pernah dimangsa elang dulu, katanya.
"Heii Wudi, cepat!" tegas Biung si pemimpin.
"Cepat, cepat! Di depan kita bakal bertemu dengan badai besar, ayo cari perlindungan di mana saja, asal jangan di pohon padi." Mungkin mereka trauma karena adiknya emprit dimangsa elang.
Tiba-tiba hujan turun deras, angin bertiup dari selatan.
"Waduh, bagaimana kita ini?" Wudi merasa cemas karena separuh gerombolannya belum juga datang.
"Kikikikikikik kikikikik!"
"Lihat itu, Wudi!" emprit berteriak di bibir goa.
"Hei, kalian, cepat ayo!"
Akhirnya mereka menemukan tempat aman buat bermalam dan beristirahat untuk malam ini. Api kecil menyala, menghangatkan bulu-bulu halus mereka. Berkumpul dan menguatkan satu sama lain, dan saling berbagi persediaan makanan.
Komentar
Posting Komentar